Milton Pakpahan Harapkan Karen Tetap Beri Warna Kebijakan Energi Nasional
Ketua Komisi VII DPR Milton Pakpahan mengharapkan meski Karen Agustiawan mundur dari Dirut PT Pertamina, tetapi tetap ikut memberi warna kebijakan dunia energy khususnya migas di Indonesia ke depan. Pasalnya, selama enam tahun menjabat Dirut Pertamina telah berprestasi membawa perusahaan minyak itu ke jajaran World Class Company, masuk dalam jajaran 500 perusahaan terkemuka di dunia. Prestasi yang membanggakan bangsa.
Ketika diminta tanggapannya sebelum mengikuti Sidang Paripurna DPR Selasa (19/8), Milton menilai Karen Agustiawan sangat berprestasi meski bukan orang dalam perusahaan itu, sehingga sebelumnya banyak yang menyangsikan.
Meski demikian ia menyatakan mundurnya Karen, sedikit surprise dan mengagetkan. “Rupanya sesuai schedulenya akan mengajar di Universitas Harvard. Kalau nggak diambil, kesempatan ini akan hilang. Itu adalah hak privasinya dan kita hormati karena akan memberi kesempatan kepada yang lebih muda,” tutur Milton.
Saat ditanya apakah sikap Karen itu karena tekanan, Milton mengatakan kalau dikaitkan dengan kebijakan itu normative sifatnya. Semua Dirut Pertamina punya dilema dalam menentukan posisi, di satu sisi harus bertanggungjawab kepada perusahaan PSO (public service obligation) dan disisi lain harus menjalankan bisnis korporasi. Dua hal yang harus diseimbangkan, dan ini telah dijalani dengan baik oleh Karen.
“Saya juga bangga karena saya adik kelas di ITB, sama-sama di teknik fisika. Saya juga pernah di Pertamina. Semoga itu menjadi jalan terbaik bagi Karen masuk ke kelas internasional,” kata Milton yang juga politisi Partai Demokrat.
Lebih lanjut Milton mengatakan, kalau alasan pengunduran Karen karena soal kenaikan Elpiji, Milton mengatakan Elpiji ada dua macam, yang subsidi dan non subsidi. Yang 12 dan 50 kg itu korporasi, kenaikan diatur oleh BUMN diatur oleh Menteri. “Nah kalau kalau korporasi ini terus menerus dirugikan dalam konteks harga 12 kg dan 50 kg, berarti tidak ekonomis. Itu kan membuat catatan merah bahwa korporasi karena mengalami kerugian,” jelasnya.
Soal elpiji kata Milton Pakpahan sudah menjadi persoalan lama dan masyarakat harus berpikir balance. Kalau terus-terusan begini kita berat, sebab jumlahnya akan makin membengkak. Impor kita mencapai 5 juta MSCFD atau Million Standard Cubic Feet per Day (gas) atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari dan kini sudah menjadi kebutuhan vital , sehingga tidak boleh terus-terusan rugi. “Sudah saatnya dikoreksi termasuk harga BBM,” jelas Milton Pakpahan. (mp)/foto:iwan armanias/parle/iw.